Jumat, 25 November 2011

Tes Direktorat

akhirnya tes direktorat selesaaaaaaaaaai :D
tapi Ulangan Akhir Semester 1 menanti di tanggal 5 Desember nanti -_____-
hoaaah

doakan ya teman :D agar kita mendapatkan yang terbaik, amin ^^

kesan tes direktorat kali ini =
Matematika : \(^o^)/
B.ing : =D
IPA : =O =) @.@ (:

Senin, 21 November 2011

Homeschool yo homeschool

Dulu, waktu kelas 2 SD, aku sempat home schooling, asyik sih sebenarnya, kita bisa belajar langsung dari sumbernya. Belajarnya nggak bikin boring, pake permainan, percobaan, dll :D enak deh pokoknya

Tetapi, waktu itu, saat aku kelas 2, kakakku yang duduk di kelas 4 (bak kodok meloncati babi #opojal --> jadi kakakku seharusnya kelas 3, tapi dia langsung lompat ke kelas 4) juga berhomeschool ria. Ketika pelajaran, ibuku langsung mengajari kami berdua sekaligus, ketika belajar berdua itu aku merasa sangat tertinggal nan jauh di mato dari pelajaran kakakku O.O ketika diberi pertanyaan, kakakku selalu yang menjawab, kecuali kakakku lupa, inilah kesempatanku untuk menjawaaab! eng ing eng, krik krik krik --" aku gatau harus njawab apa karena aku belum diajari bab itu, kalo ga salah waktu itu bab PKn yang pasal-pasal, PKn yang aku tahu ya cuma : Kita harus ..... orang tua. jawab : menghormati ;D waktu itu aku sampe mutung loo gara-gara sebel ga bisa-bisa, xixixi

Akhirnya ibuku sadar bahwa pelajaran kami berbeda :D Alhamdulillah...
tetapi, kalau praktek kami menjalaninya bersama, waktu pelajaran tentang anatomi hewan, kami sempat membeleh ikan dan ayam, lalu kami lihat organ dalamnya, diubek-ubek, lalu dimasak. Ayeeee fun cooking ^^

Ketika kelas 2 semester 2, aku mengikuti lomba Story Telling, lawannya rata-rata anak kelas 4-6. Alhamdulillah aku dapat juara 1, sejak saat itulah rasa percaya diriku terus tumbuh hingga sekarang terus berkembang dan menjadi kepedean -.- aku sadar, keahlian masing-masing orang berbeda-beda, meskipun mbak Enes lebih unggul dalam hal pelajaran (saat itu), tetapi dalam hal bercerita aku bisa melebihi mbak Enes :) walaupun mbak Enes lebih unggul dari pada aku dalam bidang membaca (waktu mbak enes umur 2 tahun dan aku 1 tahun), tetapi aku lebih unggul dalam hal tertawa dan tersenyum, hahaha :D

ketika besar nanti, aku, kakakku, dan adikku akan membuat suatu kesatuan layaknya transformer dan power ranger yang bisa bergabung jadi 1 robot raksasa yang saling melengkapi satu sama lain dengan keunggulannya masing-masing \(^o^)/ yipeee

Sabtu, 01 Oktober 2011

Dua Anak Lebih, Baik :D [part 1]

Eng ing eeeeeeeng, muncullah adik kami yang ketiga, bernama Elan Jihad Muhammad, jaraknya 6 tahun dariku mau tahu seperti apa dia ? lihat blognya tentang pengalamannya menjadi si bungsu di 
dan nantikan "Dua Anak Lebih, Baik [part 2]"
 oh iya, ini dia foto adikku saat kecil




Sangat berbeda denganku dalam urusan gaya bergaya, ini anak NARSISE PUOOOOOL. Banyak banget fotonya pas kecil dan setiap foto gayanya berbeda, ada yg senyum, cemberut, berjoget dangdut, sok mikir sesuatu, nembak-nembak pake pistol, dll.

Dapet gen narsis dari bapakku kayaknya, ini dia foto-fotonya, sebenernya ibuku juga pembawa gen narsis, tapi kalau ibuku itu narsis jika ada obyek tertentu yang bagus terutama yang berwarna oren, tapi kalo bapakku itu narsis bergaya yang isinya foto portrait dirinya =.= check it out :D





 

Kue Stocking

"Enaknyaaaaaaaa....." gumamku saat menonton film Teddy Bear yang pada episode itu sedang memasak kue bersama anaknya. Kuenya kelihatan lezat sekali.

Karena masih anak-anak, aku dan kakakku berfikir kue itu bisa benar-benar dibuat dengan resep yang ada di kartun. Kami berdua pun langsung berlari ke dapur dan mengunci pintu dapur supaya Ibu tidak bisa masuk. Sambil mencoba mengingat-ingat resep yang ada di kartun, aku dan kakakku dengan berani pangkat nekat diakarkan ngawur memasukkan berbagai macam bahan-bahan yang ada di dapur ke dalam mixer dan mulai mencampurkannya. Ibu yang mendengar suara ribut-ribut bergegas menuju dapur, karena pintu dikunci, Ibu hanya bisa berbicara dari belakang pintu, memberitahukan agar berhati-hati karena banyak barang panas, jika ingin menggunakan oven atau kompor, harus memberitahu Ibu. Aku dan kakakku mematuhinya.


Lima belas menit kemudian, kami sudah selesai mencampurkan semua bahan menjadi satu dengan mixer. Selanjutnya tinggal dioven. Akhirnya, aku dan kakakku pun membuka pintu dan memanggil ibu untuk membantu. Ketika masuk, ibuku terlihat sangat terkejut.
            “Pasti ibu terkejut aku dan kakakku bisa membuat adonan kue sendiri,” pikirku sambil senyum-senyum sendiri.
            “Ra, lihatlah ke belakang, sepertinya ibu terkejut karena dapurnya berubah menjadi kapal pecah,” bisik kakakku.
            Ketika aku menolehkan kepalaku ke belakang, aku baru menyadarinya bahwa dapur ibuku sangatlah berantakan. Kukira ibuku akan marah dan mulai mengomel, ternyata tidak. Ibuku hanya tersenyum dan berkata, “setelah ini, kita membersihkan dapur, yuk! Semua peralatan dimasukkan ke tempat cuci piring. Mbak Enes yang mencuci piring ya, Dek eh Mbak Ara yang mengepel, nanti ibu bagian kompor dan alat-alat yang mudah pecah.”
            Aaaaaahhh... leganya hatiku. Ibuku bagaikan malaikat yang terkena sinar matahari sehingga bersinar sangaaaat terang seperti rembulan :D Setelah itu, kami pun langsung memasukkan adonan tadi ke dalam loyang yang sudah dilapisi mentega dan memanggangnya. 30 menit kemudian, kue tersebut sudah matang!  Kami segera mengirisnya dan mencobanya. Hmm... ternyata rasanya enak juga. Kami menamainya Kue Stocking, karena warnanya seperti stocking coklat (kaos kaki yang panjang, biasanya untuk penari balet). Aku dan kakakku berencana akan menjualnya ke tetangga-tetangga. Ibuku menyetujuinya. Besok, sepulang sekolah kami akan mulai berjualan.
            Esoknya, seusai sekolah, aku, ibuku, dan kakakku mulai membuat Kue Stocking. Setelah matang, kami segera memotongnya dan membungkusnya di plastik. Dengan loyang di tangan dan uang receh di tas, aku dan kakakku berjalan keliling kampung untuk menawarkan kue dari satu rumah ke rumah yang lain. Satu bijinya kujual dengan harga 500 perak. Tak disangka, banyak orang yang membeli kueku hingga habis, untung aku sudah menyisihkan 4 potong kue untuk aku, kakakku, ibuku, dan ayahku, hihihi...
            Esoknya kami melakukan hal yang sama lagi dengan kue yang jumlahnya lebih banyak, tapi ada yang berbeda pada jualan kali ini. Ketika jualan kue yang kedua kalinya tidak hanya aku dan kakakku yang menjual, tetapi ada dua tetanggaku yang membantu, yaitu, Prili dan Meta. Untuk setiap penjualan satu kue mereka kuberikan uang 50 rupiah, jadi jika berhasil menjual sepuluh kue, mereka mendapatkan uang 500 rupiah, atau boleh mengambil 1 potong kue, jika berhasil menjual 20 kue berarti mereka akan mendapatkan uang 1000 rupiah, dan seterusnya. Ternyata, asyik juga menggaji seseorang! Sudah terasa seperti pengusaha!

Jumat, 30 September 2011

Jeprat Jepret

Berbeda dengan kakakku,
DULU, kalau difoto, kakakku dengan centilnya bergaya ini itu, tetapi kalau aku difoto, tersenyum pun tidak, apalagi bergaya. Ini dia salah satu fotonya dari sekian banyak foto dan gayaku tetap seperti itu -.-


Aku dan Kakakku

Aku dan Kakakku hanya berbeda 15 bulan, ketika kakakku berumur 6 bulan, ibuku sudah mengandungku. Jadi, kakakku hanya meminum ASI hingga umur 9 bulan. Sedangkan aku meminum ASI full hingga 2 tahun :D alhasil, tulang dan tubuhku saat kecil lebih besar dan kuat dibandingkan kakakku, ini salah satu foto kami ketika bermain di pakecehan:
yang berbaju merah itu aku, dan yang biru itu kakaku.

Kemana-mana aku selalu mengikuti kakakku #ngintil. Tetapi, jika kakakku sedang bersamaku, tidak ada yang berani mengusilinya. Sekali mengganggu kakakku, beeeees.... kalau tidak mendapatkan pukulan ya dorongan yang spontan melayang dariku. Paling anak yang mengganggu kakakku langsung pergi dan menangis. Tapi itu hanya berlaku untuk laki-laki, kalau perempuan paling cuma aku suruh pergi, kalau 3 kali diberitahu nggak mau, yaa, terpaksa dengan refleks aku mendorong. Ya, itung-itung sebagai balas budi karena merebut ASI jatahnya kakakku, wkwk.

Melihat Indahnya Dunia

Hari itu, tepatnya pada tanggal 17 November 1997, hari Senin pagi, terdengar jerit tangisku yang menggelegar. Kulihat ibuku tersenyum setengah heran, kuanggap ibuku saking senangnya hingga berwajah seperti itu. Aku dilahirkan di sebuah keluarga sederhana di Kota Salatiga. Ayahku seorang pegawai bank dan ibuku seorang ibu rumah tangga PROFESIONAL.

Rupanya wajah ibuku itu adalah sebuah pesan tersirat yang tidak akan dimengerti oleh seorang bayi imut sepertiku :P. Di hari kedua setelah aku dilahirkan, ibu dan ayahku mula ragu apakah benar aku ini anaknya? Aku lebih mirip dengan bayi percampuran Cina Mongolia daripada Jawa asli. Ibuku adalah orang Jawa asli, begitu pula ayahku. Kakakku berwajah jawa. Tapi kenapa aku berwajah Cina? Mataku sipit, wajahku kotak, pipiku seperti bakpao samba balado yang kemerahan, badanku gendut, sangat berkebalikan dengan kakakku yang bertubuh kurus kecil, bibirnya tebal, dan matanya belok. Aku dijuluki "Jemblem" oleh eyang kakungku karena pipiku yang begitu tembem. Apakah aku bayi yang tertukaaar ? :O

Semua terjawab ketika suster yang cantik meyakinkan kedua orang tuaku bahwa aku benar-benar anak mereka. Ditambah lagi dengan nama orang tuaku yang diplester di perutku, tidak akan mudah untuk melepas dan menempelnya lagi.
fiuuuh, leganyaa :D