Sabtu, 01 Oktober 2011

Kue Stocking

"Enaknyaaaaaaaa....." gumamku saat menonton film Teddy Bear yang pada episode itu sedang memasak kue bersama anaknya. Kuenya kelihatan lezat sekali.

Karena masih anak-anak, aku dan kakakku berfikir kue itu bisa benar-benar dibuat dengan resep yang ada di kartun. Kami berdua pun langsung berlari ke dapur dan mengunci pintu dapur supaya Ibu tidak bisa masuk. Sambil mencoba mengingat-ingat resep yang ada di kartun, aku dan kakakku dengan berani pangkat nekat diakarkan ngawur memasukkan berbagai macam bahan-bahan yang ada di dapur ke dalam mixer dan mulai mencampurkannya. Ibu yang mendengar suara ribut-ribut bergegas menuju dapur, karena pintu dikunci, Ibu hanya bisa berbicara dari belakang pintu, memberitahukan agar berhati-hati karena banyak barang panas, jika ingin menggunakan oven atau kompor, harus memberitahu Ibu. Aku dan kakakku mematuhinya.


Lima belas menit kemudian, kami sudah selesai mencampurkan semua bahan menjadi satu dengan mixer. Selanjutnya tinggal dioven. Akhirnya, aku dan kakakku pun membuka pintu dan memanggil ibu untuk membantu. Ketika masuk, ibuku terlihat sangat terkejut.
            “Pasti ibu terkejut aku dan kakakku bisa membuat adonan kue sendiri,” pikirku sambil senyum-senyum sendiri.
            “Ra, lihatlah ke belakang, sepertinya ibu terkejut karena dapurnya berubah menjadi kapal pecah,” bisik kakakku.
            Ketika aku menolehkan kepalaku ke belakang, aku baru menyadarinya bahwa dapur ibuku sangatlah berantakan. Kukira ibuku akan marah dan mulai mengomel, ternyata tidak. Ibuku hanya tersenyum dan berkata, “setelah ini, kita membersihkan dapur, yuk! Semua peralatan dimasukkan ke tempat cuci piring. Mbak Enes yang mencuci piring ya, Dek eh Mbak Ara yang mengepel, nanti ibu bagian kompor dan alat-alat yang mudah pecah.”
            Aaaaaahhh... leganya hatiku. Ibuku bagaikan malaikat yang terkena sinar matahari sehingga bersinar sangaaaat terang seperti rembulan :D Setelah itu, kami pun langsung memasukkan adonan tadi ke dalam loyang yang sudah dilapisi mentega dan memanggangnya. 30 menit kemudian, kue tersebut sudah matang!  Kami segera mengirisnya dan mencobanya. Hmm... ternyata rasanya enak juga. Kami menamainya Kue Stocking, karena warnanya seperti stocking coklat (kaos kaki yang panjang, biasanya untuk penari balet). Aku dan kakakku berencana akan menjualnya ke tetangga-tetangga. Ibuku menyetujuinya. Besok, sepulang sekolah kami akan mulai berjualan.
            Esoknya, seusai sekolah, aku, ibuku, dan kakakku mulai membuat Kue Stocking. Setelah matang, kami segera memotongnya dan membungkusnya di plastik. Dengan loyang di tangan dan uang receh di tas, aku dan kakakku berjalan keliling kampung untuk menawarkan kue dari satu rumah ke rumah yang lain. Satu bijinya kujual dengan harga 500 perak. Tak disangka, banyak orang yang membeli kueku hingga habis, untung aku sudah menyisihkan 4 potong kue untuk aku, kakakku, ibuku, dan ayahku, hihihi...
            Esoknya kami melakukan hal yang sama lagi dengan kue yang jumlahnya lebih banyak, tapi ada yang berbeda pada jualan kali ini. Ketika jualan kue yang kedua kalinya tidak hanya aku dan kakakku yang menjual, tetapi ada dua tetanggaku yang membantu, yaitu, Prili dan Meta. Untuk setiap penjualan satu kue mereka kuberikan uang 50 rupiah, jadi jika berhasil menjual sepuluh kue, mereka mendapatkan uang 500 rupiah, atau boleh mengambil 1 potong kue, jika berhasil menjual 20 kue berarti mereka akan mendapatkan uang 1000 rupiah, dan seterusnya. Ternyata, asyik juga menggaji seseorang! Sudah terasa seperti pengusaha!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar